Indonesia Masih Susah Nerapin Cancel Culture? Ini Alasannya!
Moods, pasti kalian gak asing lagi dengan istilah “cancel culture,” kan? Di Korea Selatan, ini jadi hal yang gede banget, terutama di industri hiburan. Setiap kali selebriti disangkut paut dengan rumor atau skandal, mereka langsung jadi sasaran cancel culture. Artinya, mereka dibuat terpuruk banget dan karir mereka hancur sampai susah banget untuk bangkit lagi.
Tapi, di Indonesia, sayangnya, cancel culture susah banget diterapin. Kita sering liat kan selebriti-selebriti yang bermasalah bahkan sampai terlibat kasus kriminal tetep eksis dan malah makin sukses? Apalagi kalau public figurenya punya previlege ganteng sama cantik? Jadi, gimana tanggapan kita tentang fenomena ini, ya?
Sebenernya, ada dua sisi yang perlu diperhatiin. Pertama, tanggapan kita, sebagai individu, terhadap perilaku yang kontroversial. Kedua, respon dari masyarakat atau netizen.
Baca Juga: Kisah Mistis di Lagu “Tinggal Kenangan” Gaby Ternyata Hoax!
Kalau kita bicara tentang tanggapan personal, beberapa dari kita mungkin akan setuju dengan cancel culture. Kita mungkin mikir bahwa orang-orang harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Kita gak mau memberikan dukungan atau perhatian kepada mereka yang melakukan kesalahan besar atau melanggar norma-norma sosial. Mungkin kita pikir, memberi kesempatan kedua itu penting, tapi bukan berarti kita harus lupa atau memaafkan segala tindakan buruk.
Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa setiap orang pantas mendapat kesempatan kedua. Kita mungkin percaya bahwa orang bisa belajar dari kesalahan mereka dan berubah menjadi lebih baik. Cancel culture terkadang dianggap terlalu keras dan membatasi kesempatan seseorang untuk bertobat dan memperbaiki diri. Kita juga mungkin mikir bahwa kita bukanlah hakim untuk menghukum seseorang seumur hidup hanya karena kesalahan masa lalu.
Baca Juga: Tembus 1 Juta, Suara Komeng Kalahkan Ganjar di Jawa Barat!
Sementara itu, reaksi masyarakat atau netizen juga bervariasi. Ada yang sangat keras dan tegas dalam menentang perilaku yang tidak pantas, sementara yang lain lebih cenderung memberikan dukungan atau kesempatan kedua kepada mereka yang bermasalah. Terkadang, kita bisa lihat banget ada perbedaan pendapat di media sosial, deh. Ada yang bener keras banget dan gak mau kompromi sama sekali, sementara yang lain lebih fleksibel.
Jadi, gimana menurut lo, Moods?
Pingback: Kenapa Jadi Caleg Lebih Gampang dari CPNS? - Mudamoody