Akun Kampus Cantik: Objektifikasi dan Kekerasan Perempuan

Objektifikasi perempuan di akun kampus cantik jadi dampak negatif dari kemajuan teknologi. Makin canggihnya teknologi, semakin canggih juga orang-orang membuat media yang keliatannya ‘biasa aja’ tapi sebenernya itu adalah bentuk dari kekerasan terhadap perempuan. Siapa sih yang gak pernah denger tentang akun kampus cantik yang jadi tempat ‘halal’ buat objektifikasi perempuan? Minmoods yakin pasti di universitas lo ada deh oknum-oknum apatis yang bikin akun itu atau minimal temen lo dari kampus lain, fotonya pernah di-upload di akun kampus cantik.

Akun kampus cantik

Akun kampus cantik (@uicantik.id) dengan followers lebih dari 200 ribu.

 

Objektifikasi Perempuan

Sebenernya apa sih tujuan adanya akun kampus cantik? Kalo lo perhatiin, akun kampus cantik cuma upload foto-foto perempuan dengan caption nama, jurusan, dan angkatan mereka. Akun kampus cantik jadi media buat laki-laki mengobjektifikasi perempuan dan memposisikan mereka secara visual sebagai “objek” buat laki-laki. Dalam skenario ini, akun tersebut menampilkan perempuan sebagai objek yang harus dilihat dan laki-laki berperan sebagai pihak yang “melihat objek tersebut”. Sayangnya, mereka gak bertanggung jawab dan gak peduli dengan komentar-komentar yang menyudutkan, menghina, bahkan melecehkan perempuan.

Nah, lo tau kan kalo akun kampus cantik pasti kasih data pribadi perempuan di setiap postingannya. Hal yang dinormalisasi itu bukannya bikin perempuan merasa ‘tervalidasi’ malah merugikan dan melanggar privasi mereka

Menghalalkan Kekerasan Seksual.

Tau gak sih, Moods? Kalo akun kampus cantik ini menghalalkan kekerasan seksual berdasarkan Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) di lingkungan universitas.

Piramid Kekerasan Seksual

Kekerasan gimana? Kan kita gak kontak fisik sama mereka!

Nah, praktik KGBO ini termasuk dalam penyebaran foto dan video pribadi, pelecehan dan penghinaan secara online, pelanggaran privasi korban, dan lain-lain. Ada banyak kasus yang mana admin akun kampus cantik gak minta izin untuk upload foto korban ke media sosial. Coba deh lo perhatiin kolom komentar di akun-akun kayak gitu, pasti lo akan nemu komentar yang mirip-mirip kayak “cantik sih, mau diajak nikah gak ya?”, “kok masuk akun cantik? Padahal biasa aja”, “ih salfok deh”, dan masih banyak komentar-komentar gak pantes yang gak bisa Minmoods sebutin di sini.

Cuma Menguntungkan Satu Pihak Doang.

Akun kampus cantik juga ngehasilin keuntungan dari endorse! Dikutip dari artikel wartakema.com, akun @‌unpadgeulis mematok tarif endorse antara 100 sampai 150 ribu buat sekali upload story/feed/reels. Kalo ditotal-total, mereka meraup keuntungan sampe 1,5 juta sebulan! Kebayang kan mereka cuma modal nyomot foto perempuan tanpa consent, tapi malah dapet untung jutaan dari hal tersebut. Sementara itu, para korban dapet getahnya karena privasi mereka kesebar dan dijadiin ‘objek yang ditonton’ oleh laki-laki.

Jadi Moods, akun kampus cantik ini bisa dibilang hasil dari produk patriarki. Alasannya karena meng-objektifikasi, sebagai media yang dinormalisasi untuk kekerasan seksual, bahkan dijadiin ladang keuntungan untuk pemilik akun kampus cantik. Fenomena ini bisa kita minimalisir dengan cara report akun tersebut dan membangun kesadaran ke orang-orang kalo akun kayak gitu bukan tempat buat cari validasi, melainkan tempat di mana lo akan dijadikan objek.

What's your reaction?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *