Korban Patriarki: Kerja 9 to 5, Masa Harus Bantuin Istri Di Rumah?
Emang laki-laki bisa jadi korban dari patriarki? Padahal kan mereka selalu nolak bantuin istri di rumah….
“Gue kan capek cari kerja! Masa masih harus beres-beres rumah sih?”
“Bos di kantor udah nyuruh-nyuruh gue, terus gue harus nyuci baju gitu?”
“Enak banget ya istri gak kerja, di rumah doang, terus malah minta gue nyapu ngepel”
Siapa yang pernah denger keluhan itu dari temen, kerabat, saudara, atau bahkan suaminya sendiri? Menurut lo, kenapa sih beberapa laki-laki rasanya berat banget buat ngerjain pekerjaan rumah? Kenapa beberapa dari mereka masih mikir kalo pekerjaan rumah cuma buat perempuan?
Nah, coba deh kita saling bertukar opini di sini!
dari kecil dituntut cari kerja
Buat lo yang cowok, pasti pernah dapet tekanan atau tuntutan untuk cari kerja, walaupun semua gender emang harus kerja buat survive. Tapi, tekanan untuk kerja buat laki-laki tuh lebih gede loh! Coba aja liat disekitar lo, pasti jarang banget ada laki-laki yang jadi ayah rumah tangga yang ngurusin anak, kerjain pekerjaan rumah, atau bantuin istri mereka. Kalopun ada, pasti mereka akan dicap pengangguran instead of ayah rumah tangga.
Nah, gak jarang laki-laki tuh dapet tekanan dan ekspektasi tinggi untuk memenuhi strereotip maskulinitas kalo laki-laki harus jadi tulang punggung keluarga. Akibat tuntutan itu, banyak laki-laki yang mengalami stress finansial dan emosional.
terjebak dalam ekspektasi “peran laki-laki”
Dalam sistem sosial yang terpengaruh oleh patriarki, akan selalu ada asosiasi kalo pekerjaan rumah dilakuin sama perempuan, bukan laki-laki. Di sisi lain, pencapaian karier dan profesional, dianggap tugas laki-laki. Hal ini bisa menyebabkan mereka ngerasa bahwa gak perlu dan gak pantes ngerjain pekerjaan rumah.
Tapi, pandangan ini malah mengekang laki-laki dalam perannya sebagai orang tua. Mereka akan terjebak dalam ekspektasi “peran laki-laki” dalam rumah tangga. Sehingga, mereka gak dapat kesempatan buat mengambil bagian dalam pekerjaan rumah tangga.
laki-laki juga korban dari patriarki
Patriarki yang katanya menguntungkan laki-laki, ternyata mereka malah jadi korban dari budaya ini. Stereotip tentang peran gender bisa ngehambat pilihan karir laki-laki. Mereka mungkin ngerasa kejebak dalam pekerjaan yang dianggap “maskulin”, kayak teknik atau konstruksi, sementara mereka mungkin punya minat atau bakat dalam bidang yang dianggap “feminin”, kayak seni atau perawatan.
Pada dasarnya, meskipun patriarki seringkali memberikan keuntungan bagi laki-laki di tempat kerja, mereka juga dapat mengakibatkan tekanan, ekspektasi yang tidak realistis, dan pembatasan yang memengaruhi kehidupan mereka.
Leave a Reply